Kamis, 07 April 2016

Story | An Old Rose

Cerita ini mengangkat beberapa kisah dari pembakaran " Pengetahuan Intelektual" yang dilakukan oleh Mahasiswa Jerman pada tanggal 10 Mei 1933 sebagai tindakan menentang jiwa non Jerman. Secara umum, cerita An Old Rose karyaku merupakan cerita fiksi namun mengangkat beberapa sejarah dari jerman.
-----------

Seorang gadis tengah berjalan dimalam hari. lampu-lampu jalan disektiarnya sudah mati. Gadis itu memakai fcelana jeans panjang dengan kaos biru muda berlengan pendek. Rambut gadis bernama Rosa itu terikat rapi, ikatan ekor kuda. Mata coklatnya tampak bersinar dibawah sinar bulan. Rosa melangkahkan kakinya kesebuah gedung tua yang begitu besar. Tekstur bangunannya sama persis dengan gaya 30 an. Tembok bata yang menggunakan ornamentasi dari semen dan beton. Warna dari bangunan tersebut digunakan untuk warna asli bahan  seperti batuan besi.  Didepan gedung terdapat sebuah gerbang berwarna putih, bertuliskan "Perpustakaan Brodfield". 

Seorang penjaga perpustakaan sedang duduk diam ditempat jaganya. Laki-laki penjaga itu sudah tua, sekitar umur 70an. Tapi senyuman ramahnya tak pernah termakan oleh umurnya yang sudah tua. Penjaga itu menyapa Rosa lalu memberikannya sebuah kunci kecil berwarna kuning keemasan. 

"Terima kasih, Mr. Fitzgerald" ucap Rosa lalu menuju kedalam perpustakaan lebih jauh. 

Didalam gedung perpustakaan, terdapat banyak rak yang begitu lebar dan tinggi. Disetiap rak diisi oleh beribu buku yang sudah tersusun menurut subjeknya.  Buku-buku yang disediakan begitu lengkap seperti buku sejarah, pelajaran dan kumpulan artikel sejak tahun 40 an.  Perpustakaan Brodfield dibangun pada tahun 1935, tepat dua tahun setelah pembakaran semua buku yang dilakukan oleh mahasiswa jerman pada tanggal 10 Mei 1933.  Pembakaran itu dilakukan sebagai tindakan menentang jiwa non jerman dan untuk membutakan pemikiran masyarakat dulu. Disaat pembakaran dilakukan, seorang lelaki tua menyelamatkan satu dari beribu buku yang dibakar. Konon katanya dia adalah seorang penyihir. Lelaki tua itu memetik sebuah bunga mawar merah lalu menyelipkannya di lembaran buku yang ia selamatkan. Lalu lelaki tua itu menyembunyikan buku tersebut disuatu tempat. Banyak yang berpendapat bahwa ia menyimpannya didalam perpustakaan ini.  Masyarakat Brodfield sering bercerita jika ada seseorang yang menemukan buku itu, suatu hal yang begitu besar akan terjadi.  Tapi tak pernah tahu hal besar apa itu. Semuanya masih misteri. 

Rosa duduk disalah satu kursi dari beratus kursi yang ada didalam tersebut. Masing-masing deretan kursi terdapat pula meja panjang . Diatas meja tersebut terdapat lagi beberapa lampu baca. Rosa membaca sebuah buku yang lumayan tebal . Suasana di perpustakaan Brodfield begitu senyap meskipun banyak pengunjung didalamnya. 

"Hey Rosa"  Mr. Fitzgerald menghampiri Rosa lalu duduk di hadapannya. Badannya sudah renta namun tak pernah sekali pun Mr. Papolki jatuh sakit.

"Hey Mr. Fitzgerald" balas Rosa, memberikan senyuman hangat kepada orang terdekatnya, Mr. Fitzgerald

"Besok ada acara dirumahku. Cucuku dari Berlin datang untuk berkunjung dalam liburan musim panas dan dia ingin mengadakan pesta. Apa kau akan datang?" 

"Entahlah. Guru sejarahku memberikan kami tugas untuk liburan panas nanti."

"Tugas apa itu?"

Rosa mendesah pasrah. " Kami disuruh menulis essay sebanyak 20 halaman tentang Jerman. Dan aku belum memikirkan konsepnya sedikitpun." 

"Wah.. cukup banyak itu. Tapi kau bisa sering berkunjung kesini kalau kau mau. Maksudku..kau memang sering berkunjung ke sini tapi untuk mu, khusus aku beri jam tambahan. Kau bisa disini sampai larut malam. Akan ku kasih kau kunci cadangannya."

"Tidak usah repot-repot. Aku akan tetap datang kesini kok. Akan kukasih tau kalau aku butuh kunci cadangannya"

"Baiklah. Dan aku harap kau datang ke pestanya. Cucuku lumayan tampan. "

Rosa tertawa kecil . " Oke oke. Akan ku usahakan."

"Bagus. Pukul 6 sore kau sudah bisa datang. " Mr. Fitzgerald beranjak dari kursi dan melangkah pergi. Namun di langkahnya yang ke 5, dia berputar kembali " Oh ya. Cucuku namanya Dean . Dean Walker  Setampan kakeknya."


Keesokan harinya, Rosa sedang sibuk memilih pakaian yang akan digunakannya untuk pesta nanti malam. Lemarinya penuh dengan pakaian yang kuno. Selain itu , Mr. Fitzgerald tidak memberitahu Rosa tentang dress code untuk pesta yang diadakan oleh cucunya.  Sejak jam 5 sore, Rosa menghambur-hambur bajunya dan berkomentar pedas tentang selera fashionnya sendiri.

"Masa iya pergi ke pesta pakai daster." 
"Iss... sejak kapan aku beli dress warna orange?"
"Astaga.. ini musim panas. Masa iya aku harus pakai dress hitam?" 

Seluruh ruangan kamar Rosa penuh dengan baju-bajunya. Dia begitu pasrah lalu membanting lemarinya dan menjatuhkan tubuhnya yang lelah di tempat tidur.. 

*
Rumah Mr. Fitzgerald lumayan luas dan megah. Dia tinggal dengan istri dan anak angkat mereka. Mr. Fitzgerald memelihara beberapa anak anjing yang lucu. Sebenarnya ia mengutip anak anjing tersebut di jalan dan mengadopsi mereka. Suasana pesta malam itu begitu meriah dan jauh dari bayangan Rosa. Diatas sebuah meja, terdapat  semangkuk besar jus jeruk dan beberapa minuman alkohol lainnya. Selain itu, terdapat sebuah pentas kecil dimana segrup pemain biola, harmonika, dan gitar sedang membawakan lagu musim panas. Para tamu yang hadir lebih kebanyakan menggunakan dress  sedangkan Rosa... dia hanya mengenakan celana panjang jeans dan kaos biru tua. Yang membuat penampilannya aneh dari yang lain adalah ia mengenakan sepatu converse hitam putih dan ia juga memakai jaket berwarna cokelat. Setiap tamu meliriknya geli ketika Rosa menginjakkan kakinya kedalam rumah Mr. Fitzgerald.

"Hey.." seorang pria bertubuh tinggi, berkulit putih bersih, bermata biru, berambut coklat dan berbahu lebar. Dia begitu tampan. "Apakah kau Ms. Lockwood?"

"Panggil saja Rosa." jawab Rosa malu-malu. Dia tidak malu karena berbincang dengan pria tampan itu melainkan orang orang yang tengah menatapnya. 

"Aku Dean Walker. Cucunya John Fitzgerald." senyuman pria yang bernama Dean tersebut begitu manis, membuat Rosa teralihkan dari orang-orang yang tengah mentertawakannya.

Gadis itu hanya tertawa, membuatnya terlihat konyol. " Ohh.. Dean. Kakekmu benar kalau kau memang tampan."

"Apa?" mata Rosa terbelalak bagaikan mata ikan koki. Perkataanya membuat dirinya malu dan salah tingkah.

"Enggak. Maksudku disini banyak orang tampan. Ya.. orang tampan."
“Ya udah. Kalau gitu kita temuin kakek dulu.”
Rosa dan Dean berjalan bersama menuju Mr. Fitzgerald yang sedang mengobrol dengan teman-temannya. Mr. Fitzgerald terlihat aneh dengan pakaian yang dikenakannya. Dia terlihat lebih muda dari umurnya dan itu membuat penampilan Mr. Fitzgerald terlihat aneh .
“Hey , Ros” sapanya. Mata hijau Mr. Fitzgerald menjelajahi Rosa dari ujung kepala hingga ujung kaki. “ Jangan bilang aku lupa memberi tahumu dress code nya”

Rosa hanya tersenyum paksa, menyembunyikan malu yang menyelimutinya hingga ia menginjak rumah tersebut.  “ Aku seharusnya menanyakanmu terlebih dahulu”

Mr. Fitzgerald berpamitan dengan gerombolan tadi dan membuat gerombolan sendiri dengan Rosa dan cucunya. Tubuh Mr. Fitzgerald dan cucunya begitu tinggi, membuat Rosa merasa seperti semut yang dikucilkan. Aroma parfum Dean pun begitu menggoda penciuman Rosa dan dia hanya bisa menelan ludah. Dia begitu tampan

“Dia begitu tampan, kan?”
Pertanyaan yang dilontarkan Mr. Fitzgerald membangunkan Rosa dari khayalan konyolnya. Tanpa ia sadari, ia memegang gelas minuman anggur terlalu erat sehingga mata Dean terbelalak melihatnya.

“Dean Parker. Cucuku.”
Dean mengalihkan pandangannya menuju arah yang tak tentu. Dia menggeleng kepalanya sebagai kode untuk Mr. Fitzgerald untuk berhenti menjodohkannya di umurnya yang masih 18 tahun. Mr. Fitzgerald masih menatap Rosa dengan lekat sambil menunggu jawaban dari Rosa untuk mengiyakan pendapatnya. Tanpa Rosa sadari, pipinya berubah menjadi merah dan terasa panas. Mr. Fitzgerald yang menyadarinya hanya tertawa geli dan menyenggol siku cucunya. Rosa merasa gugup dengan pertanyaan konyol seperti itu. Dia mengetuk kaca gelas minuman sambil berhitung satu hingga tiga dalam pikirannya.
“Yeah..dia begitu tampan.”


Lau Mr. Fitzgerald dan Dean tertawa akibat ungkapan bodoh Rosa. Untuk menghilangkan kegugupan Rosa sendiri, dia pun ikut tertawa dengan Mr. Fitzgerald dan Dean meskipun ia sadar sepenuhnya kalau dia sebenarnya sedang mentertawakan dirinya sendiri yang tengah di ledek oleh seorang Fitzgerald dan Parker. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar