Cerita ini
mengangkat beberapa kisah dari pembakaran " Pengetahuan Intelektual"
yang dilakukan oleh Mahasiswa Jerman pada tanggal 10 Mei 1933 sebagai tindakan
menentang jiwa non Jerman. Secara umum, cerita An Old Rose karyaku merupakan
cerita fiksi namun mengangkat beberapa sejarah dari jerman.
-----------
Seorang gadis
tengah berjalan dimalam hari. lampu-lampu jalan disektiarnya sudah mati. Gadis
itu memakai fcelana jeans panjang dengan kaos biru muda berlengan pendek.
Rambut gadis bernama Rosa itu terikat rapi, ikatan ekor kuda. Mata coklatnya
tampak bersinar dibawah sinar bulan. Rosa melangkahkan kakinya kesebuah gedung
tua yang begitu besar. Tekstur bangunannya sama persis dengan gaya 30 an.
Tembok bata yang menggunakan ornamentasi dari semen dan beton. Warna dari
bangunan tersebut digunakan untuk warna asli bahan seperti batuan besi.
Didepan gedung terdapat sebuah gerbang berwarna putih, bertuliskan
"Perpustakaan Brodfield".
Seorang penjaga
perpustakaan sedang duduk diam ditempat jaganya. Laki-laki penjaga itu sudah
tua, sekitar umur 70an. Tapi senyuman ramahnya tak pernah termakan oleh umurnya
yang sudah tua. Penjaga itu menyapa Rosa lalu memberikannya sebuah kunci kecil
berwarna kuning keemasan.
"Terima
kasih, Mr. Fitzgerald" ucap Rosa lalu menuju kedalam perpustakaan
lebih jauh.
Didalam gedung perpustakaan, terdapat
banyak rak yang begitu lebar dan tinggi. Disetiap rak diisi oleh beribu buku
yang sudah tersusun menurut subjeknya. Buku-buku yang disediakan begitu
lengkap seperti buku sejarah, pelajaran dan kumpulan artikel sejak tahun 40 an.
Perpustakaan Brodfield dibangun pada tahun 1935, tepat dua tahun setelah
pembakaran semua buku yang dilakukan oleh mahasiswa jerman pada tanggal 10 Mei
1933. Pembakaran itu dilakukan sebagai tindakan menentang jiwa non jerman
dan untuk membutakan pemikiran masyarakat dulu. Disaat pembakaran dilakukan,
seorang lelaki tua menyelamatkan satu dari beribu buku yang dibakar. Konon
katanya dia adalah seorang penyihir. Lelaki tua itu memetik sebuah bunga mawar
merah lalu menyelipkannya di lembaran buku yang ia selamatkan. Lalu lelaki tua
itu menyembunyikan buku tersebut disuatu tempat. Banyak yang berpendapat bahwa
ia menyimpannya didalam perpustakaan ini. Masyarakat Brodfield sering
bercerita jika ada seseorang yang menemukan buku itu, suatu hal yang begitu
besar akan terjadi. Tapi tak pernah tahu hal besar apa itu. Semuanya
masih misteri.
Rosa duduk disalah satu kursi dari beratus
kursi yang ada didalam tersebut. Masing-masing deretan kursi terdapat pula meja
panjang . Diatas meja tersebut terdapat lagi beberapa lampu baca. Rosa membaca
sebuah buku yang lumayan tebal . Suasana di perpustakaan Brodfield begitu
senyap meskipun banyak pengunjung didalamnya.
"Hey Rosa" Mr. Fitzgerald
menghampiri Rosa lalu duduk di hadapannya. Badannya sudah renta namun tak
pernah sekali pun Mr. Papolki jatuh sakit.
"Hey Mr. Fitzgerald" balas
Rosa, memberikan senyuman hangat kepada orang terdekatnya, Mr. Fitzgerald
"Besok ada acara dirumahku. Cucuku
dari Berlin datang untuk berkunjung dalam liburan musim panas dan dia ingin
mengadakan pesta. Apa kau akan datang?"
"Entahlah. Guru sejarahku memberikan
kami tugas untuk liburan panas nanti."
"Tugas apa itu?"
Rosa mendesah pasrah. " Kami disuruh
menulis essay sebanyak 20 halaman tentang Jerman. Dan aku belum memikirkan
konsepnya sedikitpun."
"Wah.. cukup banyak itu. Tapi kau
bisa sering berkunjung kesini kalau kau mau. Maksudku..kau memang sering
berkunjung ke sini tapi untuk mu, khusus aku beri jam tambahan. Kau bisa disini
sampai larut malam. Akan ku kasih kau kunci cadangannya."
"Tidak usah repot-repot. Aku akan
tetap datang kesini kok. Akan kukasih tau kalau aku butuh kunci
cadangannya"
"Baiklah. Dan aku harap kau datang ke
pestanya. Cucuku lumayan tampan. "
Rosa tertawa kecil . " Oke oke. Akan
ku usahakan."
"Bagus. Pukul 6 sore kau sudah bisa
datang. " Mr. Fitzgerald beranjak dari kursi dan melangkah
pergi. Namun di langkahnya yang ke 5, dia berputar kembali " Oh ya.
Cucuku namanya Dean . Dean Walker Setampan kakeknya."
Keesokan harinya, Rosa sedang sibuk
memilih pakaian yang akan digunakannya untuk pesta nanti malam. Lemarinya penuh
dengan pakaian yang kuno. Selain itu , Mr. Fitzgerald tidak memberitahu Rosa
tentang dress code untuk pesta yang diadakan oleh cucunya. Sejak jam 5
sore, Rosa menghambur-hambur bajunya dan berkomentar pedas tentang selera
fashionnya sendiri.
"Masa iya pergi ke pesta pakai
daster."
"Iss... sejak kapan aku beli dress
warna orange?"
"Astaga.. ini musim panas. Masa iya
aku harus pakai dress hitam?"
Seluruh ruangan kamar Rosa penuh dengan
baju-bajunya. Dia begitu pasrah lalu membanting lemarinya dan menjatuhkan
tubuhnya yang lelah di tempat tidur..
*
Rumah Mr. Fitzgerald lumayan luas dan
megah. Dia tinggal dengan istri dan anak angkat mereka. Mr. Fitzgerald
memelihara beberapa anak anjing yang lucu. Sebenarnya ia mengutip anak anjing
tersebut di jalan dan mengadopsi mereka. Suasana pesta malam itu begitu meriah
dan jauh dari bayangan Rosa. Diatas sebuah meja, terdapat semangkuk besar
jus jeruk dan beberapa minuman alkohol lainnya. Selain itu, terdapat sebuah
pentas kecil dimana segrup pemain biola, harmonika, dan gitar sedang membawakan
lagu musim panas. Para tamu yang hadir lebih kebanyakan menggunakan dress
sedangkan Rosa... dia hanya mengenakan celana panjang jeans dan kaos biru
tua. Yang membuat penampilannya aneh dari yang lain adalah ia mengenakan sepatu
converse hitam putih dan ia juga memakai jaket berwarna cokelat. Setiap tamu
meliriknya geli ketika Rosa menginjakkan kakinya kedalam rumah Mr. Fitzgerald.
"Hey.." seorang pria bertubuh
tinggi, berkulit putih bersih, bermata biru, berambut coklat dan berbahu lebar.
Dia begitu tampan. "Apakah kau Ms. Lockwood?"
"Panggil saja Rosa." jawab Rosa
malu-malu. Dia tidak malu karena berbincang dengan pria tampan itu melainkan
orang orang yang tengah menatapnya.
"Aku Dean Walker. Cucunya John
Fitzgerald." senyuman pria yang bernama Dean tersebut begitu manis,
membuat Rosa teralihkan dari orang-orang yang tengah mentertawakannya.
Gadis itu hanya tertawa, membuatnya
terlihat konyol. " Ohh.. Dean. Kakekmu benar kalau kau memang
tampan."
"Apa?" mata Rosa terbelalak
bagaikan mata ikan koki. Perkataanya membuat dirinya malu dan salah tingkah.
"Enggak. Maksudku disini banyak orang
tampan. Ya.. orang tampan."
“Ya udah. Kalau gitu kita temuin kakek dulu.”
Rosa dan Dean berjalan bersama menuju Mr. Fitzgerald yang sedang
mengobrol dengan teman-temannya. Mr. Fitzgerald terlihat aneh dengan pakaian
yang dikenakannya. Dia terlihat lebih muda dari umurnya dan itu membuat
penampilan Mr. Fitzgerald terlihat aneh .
“Hey , Ros” sapanya. Mata hijau Mr. Fitzgerald menjelajahi Rosa
dari ujung kepala hingga ujung kaki. “ Jangan bilang aku lupa memberi tahumu
dress code nya”
Rosa hanya tersenyum paksa, menyembunyikan malu yang
menyelimutinya hingga ia menginjak rumah tersebut. “ Aku seharusnya menanyakanmu terlebih
dahulu”
Mr. Fitzgerald berpamitan dengan gerombolan tadi dan membuat
gerombolan sendiri dengan Rosa dan cucunya. Tubuh Mr. Fitzgerald dan cucunya
begitu tinggi, membuat Rosa merasa seperti semut yang dikucilkan. Aroma parfum
Dean pun begitu menggoda penciuman Rosa dan dia hanya bisa menelan ludah. Dia
begitu tampan
“Dia begitu tampan, kan?”
Pertanyaan yang dilontarkan Mr. Fitzgerald membangunkan Rosa dari
khayalan konyolnya. Tanpa ia sadari, ia memegang gelas minuman anggur terlalu
erat sehingga mata Dean terbelalak melihatnya.
“Dean Parker. Cucuku.”
Dean mengalihkan pandangannya menuju arah yang tak tentu. Dia
menggeleng kepalanya sebagai kode untuk Mr. Fitzgerald untuk berhenti menjodohkannya
di umurnya yang masih 18 tahun. Mr. Fitzgerald masih menatap Rosa dengan lekat
sambil menunggu jawaban dari Rosa untuk mengiyakan pendapatnya. Tanpa Rosa
sadari, pipinya berubah menjadi merah dan terasa panas. Mr. Fitzgerald yang
menyadarinya hanya tertawa geli dan menyenggol siku cucunya. Rosa merasa gugup
dengan pertanyaan konyol seperti itu. Dia mengetuk kaca gelas minuman sambil
berhitung satu hingga tiga dalam pikirannya.
“Yeah..dia begitu tampan.”
Lau Mr. Fitzgerald dan Dean tertawa akibat ungkapan bodoh Rosa.
Untuk menghilangkan kegugupan Rosa sendiri, dia pun ikut tertawa dengan Mr.
Fitzgerald dan Dean meskipun ia sadar sepenuhnya kalau dia sebenarnya sedang
mentertawakan dirinya sendiri yang tengah di ledek oleh seorang Fitzgerald dan
Parker.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar