Aku
terbangun dengan wajah basah karena air mata yang menyelimuti wajahku sepanjang
malam. Serangkaian mimpi kucoba untuk mengingat, namun mimpi-mimpi yang aku
ingat hanya sedikit. Yang aku ingat hanyalah seorang pria yang sedang duduk
dibangku taman sambil memandangi bunga mawar merah yang mulai layu. Pria itu
berkulit putih, berambut hitam pekat dan memiliki mata yang dapat melelehkan
setiap insan wanita didunia ini. Sudah lama aku melihat pria itu hanya duduk
dibangku sambil menatap bunga mawar yang layu. Mungkin apa yang dia lakukan
menunjukkan perasaannya kini. Layu dan tak terawat.
Aku berusaha untuk mendekatinya, namun
sebelum aku sempat duduk disebelahnya, dia mengangkat kepalanya. Kemudian pria
misterius mengeluarkan senandung yang membuatku berhenti. Nyanyian dari
suaranya yang sangat gagah benar-benar membekukan diriku. Seluruh otak dan
sarafku tidak merespon untuk bergerak. Lalu aku hanya berdiri membeku disebelah
bangku taman itu. Telingaku tetap mendengarkan nyanyiannya sembari mengetukkan
kakinya yang kurus itu kelantai.
Ku
tahu kau tak pernah ada bagiku
Ku
tahu kau tak sempurna bagiku
Dan
ku tahu…kau hanyalah bayangan imajinasi
Namun
apa daya,,,
Kau
membuatku merasa sempurna
Kau
adalah wanita terindah
Wanita
yang membuatku seperti bulan bersinar
Tak
perduli kau nyata… tak perduli kau fana
Tentu
aku masih ada untukmu
Ku
selalu berharap
Ini
bukan sekedar mimpi ataupun imajinasi
Pria
itu berhenti bernyanyi kemudian menatap kearahku. Aku yang tadinya membeku
berangsur untuk menggerakkan kaki mundur. Tetapi pria itu yang sudah jelas
melihatku, berpura-pura tidak melihat. Dia langsung beranjak dari bangku taman
lalu pergi. Bunga mawar layu itu ditinggalkannya diatas bangku tersebut. Aku
menatap pria itu pergi. Dari belakang, dia seperti sedang menguatkan dirinya
akan suatu hal. Suatu hal yang tak akan pernah aku ketahui. Suatu hal yang
membuat pria misterius itu bersedih. Aku duduk dibangku taman yang sekarang
telah kosong. Tak berpenghuni. Tadinya seorang pria malang bersama bunga mawar
layunya mengisi kekosongan bangku ini, namun sekarang pria itu meninggalkan
bangku ini bersama mawarnya. Saat kupegang bunga mawar layu itu, baunya masih
harum tak terasa hangat. Sepertinya bunga itu telah diisi kenangan yang sangat
indah sehingga tidak dapat dihapus kembali.
.Ting..ting…ting
Bel
masuk telah berbunyi. Aku yang masih berada diluar pagar berlari secepat
mungkin agar tidak terlambat. Biasanya aku tidak pernah seterlambat ini. Waktu
tibaku yang paling mengecewakan adalah 6. 30 am. Dan sekarang sudah pukul 7.05
am. Walau secepat apapun aku berlari, kaki pendekku tak akan menyesuaikan
langkahku dengan target waktu. Yup… aku terkurung diluar pagar karena terlambar
5 menit yang lalu. Satpam sekolah yang berseragam putih biru mengunci pagar
dengan gembok double. Dia kira ini penjara apa?
“Aduh
pak, tolong dong…”aku memohon dari luar pagar agar pagar ini bisa terbuka dan
secepatnya aku menyelinap diam-diam kedalam kelas.
“Enggak ada! Kalau kata orang bule,
ni, ya. Time is money. You can’t waste
your time, kid!” sok banget sih ni satpam. Dia tidak pernah tahu kalau
bahasa inggrisnya itu buruk banget, apa?
“Ya elah, pak. Saya kan baru sehari
terlambat. Bapakkan tahu sendiri, saya selalu datang lebih awal.” Aku bahkan
menggedor-gedor pagar berwarna hitam sekolah. Kalau saja orang terlalu peduli,
mereka akan merekam video kelakuanku lalu mengunduhnya ke Youtube. Dan aku akan menjadi objek berita besar. ‘ The Worst Student Ever!’ Memalukan !
Tet…tet…
Suara klakson mobil lambhorgini merah mengejutkanku.
Disaat aku membalikkan badan, mobil lambhorgini merah dengan badan-badan mobil
yang mengkilap cerah dan…
Seorang anak laki-laki seumuranku
keluar dari mobil itu. Dia bule. Aku menahan excitedku ketika melihat
anak laki-laki itu. Dia sangat tampan. Rambut cokelat muda, mata birunya yang
bersinar cerah, kulitnya yang putih bersih dan tampak halus serta postur
tubuhnya yang merupakan idaman para wanita manapun. Bibir merahnya merebahkan
senyuman yang membuatku menghentakkan kaki ketanah. Perasaanku serasa
diaduk-aduk. Dia sangat tampan. Apalagi sifatku yang tergila-gila dengan orang
bule. Banyak yang bilang kalau wajahku mirip orang Arab campur Belanda. Memang
sih, kakekku berdarah Belanda sedangkan Nenekku berdarah Arab. Ya… beginilah
aku.
“Hey..” sapanya. Aku melihat
kebelakangku, berpikir dia tidak menyapaku melainkan satpam. Tetapi dia
benar-benar menyapaku.
Satpam penjaga sekolah datang
menghampiri kami berdua. “Kalian berdua tidak boleh masuk hingga 10 menit
mendatang.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar