Senin, 23 Mei 2016

Books Review | The Fault In Our Stars

Judul buku               : The Fault In Our Stars ( Salahkan Bintang-Bintang)
Penulis                       : John Green
Hak cipta                  : Copyright ©2012 by John Green
Penerjemah             : Ingrid Dwijani Nimpoeno
Penerbit                    : Penerbit Qanita, PT. Mizan Pustaka
Cover buku              : Soft cover ( warna biru dan kuning )
Tebal halaman        : 422 halaman

Resume:
            Novel The Fault In Our Stars karya John Green mengisahkan tentang seorang gadis berumur 18 tahun yang mengidap kanker. Gadis tersebut bernama Hazel Grace Lancaster. Dia telah mengidap kanker ketika berumur 16 tahun. Karena kehidupannya sebagai “anak spesial” yang selalu membawa tabung oksigennya kemanapun ia pergi, ibu Hazel memaksa dirinya untuk mengikuti sebuah Kelompok Penyemangat dimana semua anggotanya adalah pengidap kanker.
            Didalam Kelompok Penyemangat itu, Hazel memiliki seorang teman ( tidak bisa dikatakan teman juga karena Hazel dan laki-laki bernama Isaac tersebut tidak pernah berkomunikasi secara langsung melainkan hanya bertukar pandang terhadap suatu topik). Dan dalam suatu pertemuan di Kelompok Penyemangat, Hazel bertemu seorang laki-laki bertubuh tinggi dan memiliki mata indah. Laki-laki itu sedikit terogoh-ogoh ketika berjalan yang berarti laki-laki tersebut juga memiliki kanker tetapi pada kakinya. Laki-laki itu bernama Augustus Waters. August mengidap kanker pada kakinya sehingga dokter harus mengamputasi kaki sebelah kanannya dan menggantikan kaki tersebut dengan kaki buatan.
            Pada saat itu juga, Augustus meletakkan rasa suka pada Hazel. Augustus dan Hazel saling bertukar pengalaman tentang penyakit mereka dan bertukar novel favorit mereka. Sejak saat itu juga, mereka menjadi sahabat dekat. Augustus mengajukan permohonan kepada pihak pengabul anak pengidap kanker dan mengajak Hazel untuk pergi menemui penulis favorit Hazel (yang sekarang juga menjadi penulis favorit Augustus ) yaitu Peter Van Houten ke Amsterdam, Belanda. Sebelum keberangkatan mereka, tentu saja Hazel dan Augustus memiliki banyak kendala terhadap penyakit mereka namun itu semua sudah terkendali dan akhirnya mereka berhasil pergi ke Amsterdam.
            Setibanya di Amsterdam, mereka bertemu dengan Peter Van Houten namun sayangnya, pertemuan perdana mereka membawa kesan yang sangat buruk akibat Peter yang kini merupakan seorang pemabuk dan menghina para anak pengidap kanker. Oleh sebab itu, Hazel dan Augustus meninggalkan Peter tetapi sekretaris Peter, Lidewij menawarkan mereka untuk pergi ke Museum Anne Frank ( yang merupakan tokoh di dalam novel favorit Hazel, The Imperial Affliction).
 Dan setelah kejadian di museum Anne Frank, segala hal menjadi berubah. Augustus kembali divonis bahwa kankernya kini telah kembali menggorogoti tubuhnya. Sebagai seorang kekasih, Hazel selalu berada disisi Augustus dan mendukungnya. Hingga pada sewaktu kita, Augustus mengajak Isaac yang baru saja operasi mata dan kini buta total dan Hazel untuk pergi kerumah mantan kekasih Isaac untuk balas dendam. Dihari kemudiannya, Augustus mengundang Isaac dan Hazel ke gereja pada malam hari untuk membacakan pidato kematiaan Augustus sendiri. Inilah salah satu kutipan favorit dari pidato Hazel  :
“ I can not tell you how thankful I am for our little infinity.”
“ Aku tidak bisa memberitahumu seberapa berterima kasih diriku untuk keterbatasan kecil kita”

Dan hari yang Hazel sangat takuti pun datang. Pada tengah malam, orang tua Augustus menelfon Hazel untuk mengabarkan bahwa Augustus telah meninggal dunia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar